Doa

Rizkiana Sidqi
2 min readMar 16, 2023

--

Photo by Amaury Gutierrez on Unsplash

“Kalau Nobita punya Doraemon yang akan mengabulkan semua permintaan, Kauka punya siapa?”

Pertanyaan itu terucap dari anak umur lima tahun yang sedang gemar-gemarnya bertanya. Ibunya seperti biasa, akan mencoba sebisanya. Iya, seperti sedang mengerjakan ujian yang tiba-tiba datang.

“Kauka punya Allaah.”

Ibu Kauka tahu persis, jawaban ini belum akan memuaskan anaknya. Kauka kembali mencecar Ibunya dengan pertanyaan tentang ketuhanan. Bagaimana Allaah mengabulkan permintaannya, apakah sama dengan Doraemon dan kantong ajaibnya, atau apakah mungkin mirip dengan Ayah yang membelikannya mainan yang selama ini diinginkan. Kali ini, Ibunya memilih mencoba menjawab,

“Allaah itu lebih dari itu semua. Allaah yang menggerakkan hati Ayah untuk membelikan adik mainan.”

“Oh…”

“Allaah bisa semua hal, Allaah yang punya seluruh alam semesta, Allaah yang menciptakan Kauka, Bunda, Allaah yang tahu hadiah apa yang terbaik buat Kauka di bumi ini.”

Mencoba lebih deskriptif, Ibu Kauka berharap sesi tanya jawab kali ini segera berakhir. Oh, dan semoga berakhir bahagia.

“Allaah bisa mengabulkan semua permintaan Kauka, Bun?”

“Iyaa, kalau Kauka shalih, baik, dan sayang sama Ayah Bunda, Allaah juga akan sayang dengan Kauka. Allaah akan dengarkan semua permitaan Kauka, dan akan mengabulkannya sesuai cara yang Allaah suka, Kauka sayang.”

Percakapan kali ini coba ditutup dengan pesan bahwa doa apapun yang dilangitkan, pasti akan didengar oleh-Nya. Bahkan yang kita tidak pernah tahu bagaimana cara menggapainya.

Di tengah kamar yang sudah redup lampunya, suara tilawah yang terdengar dari pembesar suara di atas meja, dan hembusan suara pendingin ruangan, Kauka dan Bundanya sudah siap untuk menyelesaikan percakapan malam mereka.

“Ya Allaah, Kauka mau punya Doraemon,

dan punya adik.”

Ibu Kauka yang awalnya ingin tertawa, jadi terdiam. Allaah seperti membisikkan kekhawatirannya selama ini pada anak pertamanya. Bukan satu dua kali ia menangis karena ini. Bukan hanya kali ini ia kembali mengingat patah hatinya saat vonis dokter mengatakan hal yang tak pernah diinginkan siapapun yang baru lima tahun membangun rumah tangga. Benar, Kauka mungkin tidak akan pernah menjadi kakak. Tapi malam ini, Ibu Kauka memilih melangitkan doa. Mengamini apa yang anaknya sampaikan pada Tuhannya.

“Aamiin.”

Ditulis untuk Workshop Writing and Publishing Career Class 2023

--

--

Rizkiana Sidqi

Antara kota dan semesta, ada kita: debu yang senantiasa belajar bangkit dari patah hati.